Minggu, 19 Juni 2011

proposal penelitian


METODE PENELITIAN

PROPOSAL PENELITAN
PENGARUH PEMBERIAN TUGAS TERHADAPHASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT PEMBUATAN RANGKAIAN PENGENDALI DASAR (PRPD) KELAS II JURUSAN TEKNIK LISTRIK
SMK NEGERI 2 SAWAHLUNTO










Oleh:
RAHMAD HUDIN
97636/2009






PROGRAM SETUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI …………………………………………………………………….   i
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ……………………………………………...   1
B.     Identifikasi Masalah ………………………………………………….   3
C.     Rumusan Masalah ……………………………………………………    3
D.    Batasan Masalah ……………………………………………………..    4
E.     Tujuan Penelitian …………………………………………………….    4
F.      Asumsi ……………………………………………………………….    4
G.    Kegunaan Penelitian …………………………………………………    5

BAB II KERANGKA TEORI
A.    Deskripsi Teori ………………………………………………………     6
B.     Kerangka Konseptual ………………………………………………..    14
C.     Hipotesis Penelitian ………………………………………………….    16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian ………………………………………………………     17
B.     Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………………..     17
C.     Desain Penelitian …………………………………………………….    19
D.    Variable dan Data ……………………………………………………    20
E.     Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………………………     20
F.      Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ………………………….    21
G.    Teknik Analisis Data ………………………………………………...     27

DAFTAR PUSTAKA 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang begitu cepat, oleh karenanya dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM), tenaga pengajar dengan produktivitas dan efektifitas kerja yang tinggi. Menurut Emil Salim (2000 : 315) hakekat dari pada SDM berkualitas adalah menghasilkan keluaran (output) dengan tingkat pengetahuan, ketrampilan dan teknologi yang dimiliki dan ditopang oleh modal fisik, finansial dan prasarana yang memadai. Sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang cukup untuk menggerakan seluruh sumber daya wilayah yang ada (Nachroni dan Suhandojo dalam Muchdie, 2001). Peran SDM berkualitas sangat strategis dalam pembangunan/pengembangan wilayah, di samping sebagai subyek sekaligus obyek dari pembangunan/pengembangan wilayah tersebut. SDM berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu daerah (Sinar Pagi, 17 - 23 Januari 2007), karena dibekali dengan pengetahuan dan menurut Nonaka (dalam Winardi, 2005 : 12) bahwa : Satu-satunya sumber yang dapat diandalkan bagi tercapainya keunggulan kompetitif yaitu pengetahuan.
Kualitas SDM ditentukan oleh proses pendidikan untuk melatih siswa meningkatkan hasil belajar dan sikap agar mampu meningkatkan keterampilan dalam menganalisis serta berfikir logis supaya dapat menyelesaikan setiap masalah dan juga lancar mengemukakan ide – ide atau gagasan dalam mencari penyelesaian masalah secara praktis.
1
 
            Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Muhibbin (1997:144) yaitu ”faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) dan faktor pendekatan belajar (approach to learning)”. Salah satu faktor eksternal yang sangat berpengaruh adalah guru, hal ini dikarenakan guru merupakan fasilitator yang akan menjembatani dan 

merancang proses pembelajaran serta menentukan bagaimana hasil belajar peserta didik akan dicapai, oleh karena itu dalam melakukan proses pembelajaran seorang guru harus dapat  menggunakan metode ataupun media yang tepat agar tujuan dari pembelajaran akan dapat tercapai, tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan salah satu metode mengajar bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan yang dalam proses pemelajarannya telah menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan khususnya jurusan Teknik Listrik dituntut harus memiliki berbagai kompetensi baik itu dalam bidang Normatif, Adaptif maupun Produktif.
Dalam mempelajari kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD) banyak peserta didik di SMK Negeri 2 Sawahlunto yang mengalami kesulitan, hal ini dapat dilihat dari hasil ujian yang didapat peserta didik kelas II Jurusan Teknik Listrik SMK Negeri 2 Sawahlunto tahun ajaran 2007/2008 pada mata diklat Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar masih cenderung rendah, dimana pada semester III (ganjil) nilai rata-rata yaitu; 6,8 dan pada semester IV (genap) rata-rata menjadi 6,7.
Agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar yaitu dengan pemberian tugas, hal ini dikarenakan  dengan pemberian tugas maka peserta didik akan lebih banyak pengalaman dalam belajar dimana dengan cara ini diharapkan akan dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik kearah yang lebih baik. Untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pada suatu kompetensi yang telah disampaikan. Pemberian tugas kepada peserta didik merupakan salah satu metode yang sering diterapkan guru dalam melakakukan proses pembelajaran, dimana pemberian tugas ini bertujuan untuk memantapkan pemahaman peserta didik dan dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana hasil belajar tersebut telah diserap oleh peserta didik terhadap kompetensi yang telah dipelajarinya, disisi lain dengan pemberian tugas ini juga akan menjadi salah satu faktor yang akan menjadi pemicu bagi siswa untuk kembali mengulang pelajaran yang telah dia pelajari sebelumnya.
(Roestiyah: hal.132, Startegi Belajar Mengajar) mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini peniliti ingin meniliti mengenai manfaat pemberian tugas dalam upaya meningkatkan keberhasilan mempelajari kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD). Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mengangkat judul yaitu “Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD) Kelas II Jurusan Teknik Listrik  SMK Negeri 2 Sawahlunto”.

A.    Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang diatas diketahui keberhasilan dalam proses pembelajaran di pengaruhi oleh berbagai faktor,  salah satu diantaranya adalah penggunaan metode mengajar yang tepat. Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:
1.      Nilai peserta didik pada pelajaran pembuatan rangkaian pengendali dasar tahun pembelajaran 2007/2008 masih kurang memuaskan.
2.      Belum semua guru yang mengajar di SMK Negeri 2 Sawahlunto menerapkan metode mengajar yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran.
3.      Metode pemberian tugas belum diterapkan dalam pelajaran pembuatan rangkaian pengendali dasar.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti adalah “Apakah peserta didik yang menerima materi pelajaran disertai pemberian tugas hasil 

belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang menerima materi pelajaran tanpa disertai pemberian tugas pada pelajaran pembuatan rangkaian pengendali dasar ? ”

A.    Batasan Masalah.
Oleh karena keterbatasan peneliti dari segi waktu, dana dan kemampuan maka masalah – masalah yang timbul dalam penelitian perlu dibatasi, yaitu antara lain:
a)      Perlakuan yang diberikan dalam proses pembelajaran hanya  pemberian tugas kepada kelas eksperimen saja.
b)      Tugas – tugas yang diberikan diambil dari materi pembelajaran kompetensi pembuatan rangkaian pengendali dasar yang baru diberikan.
c)      Tugas – tugas yang diberikan berbentuk pertanyaan yang harus diselesaikan baik secara individu maupun kelompok dalam jangka waktu yang  ditetapkan.

B.     Tujuan Penelitian.
Tujuan penilitian ini merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sehingga penilitian akan mempunyai arah yang tepat.
Adapun yang menjadi tujuan diadakan penilitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik pada kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD) yang diberi tugas.
2.      Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik pada kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD) yang tidak diberi tugas.
3.      Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian tugas terhadap hasil belajar pada  kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD).
A.    Asumsi.
Sebagai titik tolak dari penelitian ini, dikemukakan asumsi – asumsi sebagai berikut:
1.      Proses pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pembuatan rangkaian pengendali dasar sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2.      Hasil belajar adalah nilai yang dimiliki oleh siswa pada saat dilakukan tes.
3.      Tugas yang diberikan secara individu dikerjakan sendiri oleh peserta didik dan tugas yang diberikan secara kelompok dikerjakan bersama – sama dan semua anggota kelompok ikut mengerjakannya.

B.     Kegunaan Penelitian.
Setelah penelitian ini dilaksanakan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1.      Sebagai bahan informasi bagi guru yang mengajar kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD), tentang pengaruh pemberian tugas terhadap hasil belajar.
2.      Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk kembali mengulang pelajaran yang telah didapatkan sebelumnya dengan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah pada kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD).
3.      Sebagai bahan masukan lebih lanjut bagi peneliti kususnya dalam penelitian yang berhubungan dengan upaya peningkatan hasil belajar pada kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD).

BAB II
KERANGKA TEORI

A.    Deskripsi Teori.
1.      Proses Pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah suatu aktifitas yang terdiri dari proses belajar dan mengajar. Proses tersebut terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait, dalam proses pembelajaran minimal ada empat komponen yaitu; peserta didik sebagai pelajar, guru sebagai pengajar, alat pengajaran seperti media pengajaran, serta bahan pelajaran sebagai materi bahan ajar. Tanpa ke-empat komponen tersebut proses belajar tidak akan berjalan dengan maksimal.
Belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang ditimbulkan melalui latihan dan pengalaman, menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses dalam perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar yang dinyatakan oleh slameto (1991:2) adalah sebagai berikut:
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara kesuluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

6
 
Seiring itu Djamarah (1995:8) mengemukakan bahwa ”belajar adalah merupakan proses perubahan prilaku berkat pemahaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan ini adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Proses pembelajaran adalah suatu interaksi yang bersifat edukatif, dimana antara guru dan peserta didik melakukan suatu kegiatan dalam rangka mengarah kepada tujuan tertentu. Garis – Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP) memberikan pedoman kepada setiap guru untuk membuat satuan pengajaran (SP). Dengan berpedoman kepada GBPP dan SP inilah guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Untuk dapat mencapai tujuan dari pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi yang tepat, strategi ini berfungsi agar peserat didik dapat belajar secara efektif dan efesien dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah yang harus dilakukan oleh guru untuk memiliki strategi dalam mengajar adalah guru harus menguasai teknik – teknik penyampaian materi atau yang disebut dengan metode mengajar.
Menurut Djamarah (1995:20) bahwa dalam kegiatan proses pembelajaran metode mengajar yang digunakan mempunyai andil yang besar dalam mencapai tujuan pembelajaran.


1.      Kedudukan Metode Dalam Proses Pembelajaran.
Dalam pola pendidikan modern, terjadinya proses belajar terutama sekali terletak kepada diri peserta didik yang akan belajar. Peserta didik sebagai subjek pendidikan yang berkembang melalui pengalaman belajar, sedangkan guru lebih dominan kebutuhan dan kemampuannya, sehingga terjadilah suatu interaksi yang aktif.
Gabungan antara proses belajar pada peserta didik dan mengajar pada guru dapat direalisasikan dalam bentuk metode pengajaran. Metode adalah cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan, dalam prakteknya dilapangan manusia akan selalu berusaha untuk belajar secara efektif dan efesien . “ untuk mencapai tujuannya harus digunakan suatu 

metode yang tepat dan benar. Dengan demikian metode adalah alat dalam rangka mengefektifkan dalam pencapaian suatu tujuan ” (Allpandle, 1984:71)
Selanjutnya Allpandle (1984:71) menyebutkan metode adalah suatu cara yang sistematis, maka dengan demikian metode akan selalu berkembang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Seorang guru yang sangat miskin penguasaan metodenya dapat membuat minat peserta didik berkurang sehingga perhatiannya terhadap pelajaran akan menurun, sebaliknya guru yang menggunakan berbagai metode dalam proses pembelajaran akan dapat memperbesar minat belajar peserta didik. Dengan demikian hasil yang dicapai peserta didik akan tinggi pula.
Menurut Djamarah (1995:82) bahwa metode dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi yaitu:
a.       Metode sebagai strategi pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, perbedaan intelegensi masing-masing peserta didik mempengaruhi tingkat kemampuan anak untuk menerima pelajaran. Sebetulnya guru harus memiliki strategi dalam memilih dan menggunakan metode. Ada peserta didik yang dapat menyerap pelajaran dengan metode Tanya jawab, ada juga yang dapat menerima dengan metode eksperimen. Jadi perbedaan terhadap kemampuan tersebut perlu dilakukan strategi pengajaran yang tepat.
b.      Metode adalah alat motivasi ekstrintik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar, tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami betul kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinstik.
a.       Metode sebagai alat untuk pencapaian tujuan
Tujuan merupakan pedoman yang memberiakn arah bagi tercapainya suatu hasil yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar tujuan yang akan dicapai adalah terkuasainya materi pelajaran oleh peserta didik. Tanpa tujuan, suatu kegiatan akan berlangsung sia-sia. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran guru harus melibatkan komponen lain yang dapat menunjang pencapaian tersebut, salah satu komponen itu adalah metode pengajaran. Dengan menggunakan metode yang akurat guru akan mudah untuk mencapai tujuan pengajaran.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang tepat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Apabila guru akan memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi bahan ajar, maka guru harus berpedoman kepada tujuan kusus yang hendak dicapai.

1.      Pemberian Tugas.
Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi timbal balik, hal ini biasanya disebut dengan komunikasi dua arah baik antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lainnya.  Sedangkan proses belajar itu sendiri dapat dilaksanakan secara langsung (tatap muka) dimana peserta didik berada dalam saatu ruangan dengan guru, sehingga akan terjadi interaksi belajar mengajar yang efektif dan efesien. Disamping belajar secara tatap muka ada juga proses belajar yang dapat dilaksanakan secara mandiri, dimana peserta didik secara tersendiri atau kelompok belajar untuk menyelesaikan tugas – tugas atau memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Kegiatan belajar ini biasanya dilakukan oleh peserta didik diluar jam sekolah dan dengan batasan waktu penyelesaian yang ditentukan.
Pada hakekatnya pelaksanaan kegiatan belajar dengan cara memberikan tugas ini merupakan salah satu metode mengajar yang disebut metode pemberian tugas dan penggunaan metode ini juga suatu latihan bagi siswa untuk mengulang sehingga akan memantapkan pemahaman dan pengertian terhadap materi kompetensi yang telah diberikan sebelumnya dan juga merupakan latihan untuk memecahkan permasalahan – permasalahan yang terdapat pada materi kompetensi tersebut.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik melalui berbagai kegiatan belajar. Metode penugasan ini dapat dijadikan salah satu cara atau upaya untuk meningkatkan kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. Oleh karena itu pemberian tugas perlu diterapkan dalam proses pembelajaran, sehingga dalam pelaksaan pembelajaran pesera didik juga akan lebih aktif.
Sagala. S (2006 : 216) menyatakan bahwa metode penugasan adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan jalan memberikan tugas untuk mengerjakan sesuatu diluar jam sekolah. Menurut Djajadisastra (1985 : 46) metode penugasan adalah suatu cara mengajar yang timbul oleh adanya kegiatan perencanaan antara guru dengan peserta didik mengenai suatu persoalan atau problema yang harus diselesaikan atau dikuasai dalam jangka waktu tertentu yang disepakati guru dan peserta didik. Dengan demikian metode pemberian tugas berusaha untuk meransang peserta didik agar melakukan berbagai aktifitas atau kegiatan yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari atau suatu persoalan yang harus diselesaikan.
Pemberian tugas memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan sendiri segala informasi yang diperlukan, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan atau informasi itu tidak hanya mengandalkan dari guru saja, peserta didik melakukan aktifitas untuk menemukan informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari dan dikuasainya, http: www.duniaguru.com. Keadaaan ini sesuai dengan yang diharapkan oleh 

semiawan (1985 : 12) bahwa para guru tidak perlu menjajal seluruh informasi kedalam benak peserta didik, karena peserta didik sendiri pada hakekatnya telah memiliki potensi dalam dirinya untuk mencari informasi itu sendiri.
Hasil belajar atau pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari mengerjakan tugas akan tersimpan lebih lama dalam ingatan peserta didik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Alipandie (1984 : 92) bahwa pengetahuan yang diperoleh peserat didik dari hasil belajar sendiri, hasil eksperimen atau hasil percobaan itu sendiri akan lebih mendalam dan tersimpan dalam ingatan lebih lama. Hal ini sejalan dengan pendapat Jhonshon dan Rising dalam Resufandi (1980:200) yang menyatakan bahwa peserta didik dapat mengingat seperlima dari yang didengar, setengah dari yang dilihat, dan tiga perempat dari yang dilakukan. Maka dengan demikian konsep – konsep yang dipelajari sendiri oleh peserta didik akan dapat lebih lama diingat.
Sutarjo (1980:18) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan yang melatih anak didik untuk berani dan setia memikul tanggung jawab yang merupakan suatu syarat manusia dewasa yang baik. Berikan tugas kepada peserta didik untuk mereka hadapi dan diselesaikan sendiri. Dengan memberikan tugas kepada peserta didik diharapkan dapat mempertinggi rasa tanggung jawab pada diri mereka sendiri, apaka ia akan menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik atau tidak dan juga akan dapat memupuk rasa berani untuk mengeluarkan pendapat dengan memberikan alternative jawaban dalam menyelesaikan tugasnya.
Lebih lanjut Sutarjo (1980:19) menjelaskan bahwa dalam metode pemberian tugas ini terdapat berbagai jenis tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik, antara lain: (a) tugas membuat rangkuman beberapa halaman topik, merangkum suatu bab atau buku seperti; merangkum beberapa halaman atau suatu topik, merangkum suatu bab dan merangkum suatu buku atau beberapa buku, (b) tugas membuat makalah, (c) tugas menjawab pertanyaan 

atau menyelesaikan soal-soal tertentu, (d) tugas mengadakan oservasi atau wawancara dan (e) tugas menyelesaikan proyek atau pekerjaan tertentu.
Untuk menerapkan metode pemberian tugas kepada peserta didik, maka harus diketahui langkah – langkah pelaksanaannya sehingga penggunaan metode ini akan dapat membantu peserta didik untuk dapat lebih memahami pelajarannya yang akan dapat membantu meningkatkan prestasi belajarnya, adapun langkah – langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam membearikan tugas kepada peserta didik seperti yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1997) sebagai berikut: (a) fase pemberian tugas, yaitu tugas diberikan pada peserta didik hendaknya mempertimbangkan yang meliputi: tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga peserta didik mengerti apa yang ditugaskan tersebut, sesuai dengan kemampuan peserta didik, ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan peserta didik dan sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut, (b) fase pelaksaan tugas yang meliputi : diberikan bimbingan atau pengawasan dari guru, diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja diusahakan dikerjakan oleh peserta didik sendiri dan tidak menyuruh orang lain, dan dianjurkan agar peserta didik mencatat hasil – hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematis, (c) fase mempertanggung jawabkan tugas yang meliputi : laporan peserta didik baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakan, ada Tanya jawab atau diskusi kelas dan penilaian hasil pekerjaan peserta didik baik dengan tes maupun non test ataupun cara lainnya.
Dari uraian langkah-langkah diatas maka secara umum metode ini akan mendidik siswa untuk belajar mandiri dengan perantaraan tugas-tugas yang telah dipertimbangkan bersama antar siswa dan guru. Dengan adanya tugas-tugas ini maka secara tidak disadari oleh peserta didik itu sendiri bahwa dia telah mengulang-ngulang pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan dia akan lebih banyak membaca literatur serta akan banyak melakukan latihan-latihan untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam pelajarannya
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pemberian tugas yaitu segala usaha yang dilakukan oleh pendidik yang pada hakekatnya untuk membangkitkan minat belajar peserta didik dan metode ini adalah sebagai alat untuk membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik
1.      Hasil Belajar Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD).
Setiap usaha yang dilakukan tentunya ada hasil yang diharapkan, begitu juga dalam proses pembelajaran yang melibatkan guru dan peserta didik, disini juga diharapkan akan adanya suatu hasil belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diketahui bahwa sebenarnya proses belajar itu seperti yang dikemukakan oleh Sukardi (1983 : 17) bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui latihan. Senada dengan itu Purba (1996 : 2) mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan (proses) berfikir dan terjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang didapat oleh orang yang mengajar dan melalui reaksi – reaksi terhadap lingkungan dimana ia berada, sehingga terjadi perubahan prilaku dalam diri orang atau individu yang belajar.
Sedangkan Gie (1984 : 37) menyatakan bahwa belajar adalah segenap rangkaian atau aktifitas yang diakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam diri berupa penmbahan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang sifanya sedikit lebih permanen.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan proses pembelajaran akan menyebabkan perubahan pada diri individu terhadap suatu keadaan yang lebih baik, yang mengacu pada tingkat keberhasilan belajar yang diorientasikan pada hasil beajar yang dicapai.
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran pada umumnya meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperoleh melalui usaha belajar, Hasil belajar seseorang peserta didik dapat diketahui bila diadakan pengukuran tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari 

peserta didik tersebut. Untuk mengukur sampai dimana tingkat keberhasilan belajar peserta didik harus ada suatu alat ukur tertentu yang dapat berfungsi untuk mengukur hasil belajar dari peserta didik. Alat ukur yang digunakan  untuk mengukur hasil belajar dinamakan tes. Tes itu dapat berbentuk tugas-tugas yang harus dilaksanakan, dan dapat pula berupa pertayaan atau soal-soal yang harus dijawab.
Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai suatu proses pembelajaran. Skor yang diperoleh siswa menggambarkan adanya perbedaan tingkat kemampuan. Hal ini sejalan dengan pendapat sudjana (1988 : 28) yang menyatkan bahwa hasil belajar adalah penilaian dari hasil usaha kegiatan yang dinyatkaan dalam bentuk angka, huruf yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan bahwa merupakan suatu gambaran dari hasil usaha peserta didik yang dicapai dalam suatu proses pembelajaran, dalam bentuk huruf dan angka.
Dalam penilitian ini hasil belajar yang akan dilihat adalah hasil belajar pada kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD), dimana hasil belajar terebut dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti tes yang diadakan setelah selesai suatu proses pembelajaran.
Penelitian ini mengungkapkan pengaruh pemberian tugas terhadap hasil belajar pada kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD), dengan demikian teori kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD) yang diuraikan berikut ini hanya teori yang berhubungan dengan materi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD).
A.    Kerangka Konseptual.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui perbandingan hasil belajar peserta didik yang diberi tugas dengan peserta didik yang tidak diberi tugas pada 

pembelajaran pembuatan rangkaian pengendali dasar. Upaya untuk mengetahui pengaruh tersebut maka hasil belajar masing – masing kelompok akan dibandingkan satu dengan yang lainnya.
Dari kerangka teoritis dapat diketahui bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang baik dalam proses pembelajaran disekolah, maka peserta didik  harus sering mengulang – ulang kembali pelajaran yang telah dipelajarinya dan sering melakukan latihan serta mencari sumber – sumber lain yang akan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada pelajaran yang telah diterima peserta didik disekolah. Dengan langkah  ini juga akan mengembangkan pemikiran dan menjadikan peserta didik sering membaca dan melatih daya pikirnya untuk menambah wawasan mengenai pelajaran yang telah diterimanya.
Peserta didik yang sering melakukan latihan pemecahan masalah dalam kompetensi yang dipelajarinya akan dapat lebih lama mengingat dan memahami kompetensi tersebut, oleh karena itu maka salah satu cara yang perlu dilakukan oleh guru agar peserta didik dapat sering melakukan latihan dan mengulang pelajaran yang telah diterima yaitu dengan selalu memberikan tugas/permasalahan kepada peserta didik yang harus diselesaikan baik secara mandiri maupun kelompok, sebab jika tidak demikian umumnya siswa akan jarang mengulang kembali dirumah pelajaran yang  telah dipelajarinya.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas maka diharapkan dengan adanya metode pemberian tugas akan dapat meningkatkan hasil belajar pembuatan rangkaian pengendali dasar pada peserta didik kelas II Jurusan Teknik Listrik di SMK Negeri 2 Sawahlunto.

A.    Hipotesis Penelitian.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah di uraikan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini (Ho) adalah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang diberi perlakuan pemberian tugas dengan  hasil belajar peserta didik tanpa diberikan tugas pada pembelajaran pembuatan rangkaian pengendali dasar dari siswa kelas II Jurusan Teknik Listrik di SMK Negeri 2 Sawahlunto.


BAB III
METODOLOGI PENEL1TIAN

A.    Jenis Penelitian.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian tugas dalam proses pembelajaran terhadap hasil belajar pada pelajaran Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar, maka dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen dengan desain kuasi eksperimen, hal ini dikarenakan didalam penelitian dibidang pendidikan peneliti tidak mungkin dapat mengontrol variabel – variabel luar yang akan ikut mempengaruhi hasil dari penelitian. Penggunaan metode ini sejalan dengan pendapat Sugiono (2002: 14) bahwa “Desain kuasi eksperimen mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel – variabel luar yang mempengaruhi hasil eksperimen”.
Dalam melaksanakan penelitian ini untuk mengupayakan agar kondisi kelompok (kelas) kontrol dan eksperimen dapat sama maka peneliti melakukan kontrol terhadap:
1.      Sampel penelitian memiliki varians yang homogen.
2.      Tingkat dan program studi sama.
3.      Teknik pembelajaran yang sama kecuali pemberian tugas pada setiap akhir pembelajaran yang hanya diberikan pada kelas eksperimen.
4.      Materi pembelajaran dan soal – soal evaluasi yang diberikan kepada peserta didik kedua kelas sama.
B.     Populasi dan Sampel Penelitian
1        Populasi Penelitian
 
Sesuai dengan pendapat Sudjana (1995 : 5) bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin dari hasil perhitungan atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya. Sesuai dengan judul maka populasialam penelitian ini adalah seluruh peserta 

didik yang sedang mempelajari pelajaran Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD) di SMKN 2 Sawahlunto dengan rincian seperti didalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Populasi dalam penelitian



Kelas
Jumlah peserta didik
 II TIL1
44
II TIL2
44
II TIL3
44
Jumlah
132
 








1        Sampel Penelitian
Dikarenakan ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, dimana peneliti membutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan kedua kelas yang dijadikan sampel memiliki kemampuan yang hampir sama maka peneliti mengambil sampel penelitian dengan menggunakan teknik cluster random sampling.
Dalam pengambilan sampel Surakhmad menyarankan (1994 : 100) apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Dikarenakan yang dibutuhkan dua kelas maka jumlah sampel yang diambil yaitu 88 orang (66,66%) dan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik ke tiga kelas dari populasi maka peneliti terlebih dahulu melakukan pre tes atau tes awal untuk mendapatkan dua kelas sampel yang memiliki kemampuan berimbang.
Berdasarkan hasil dari hasil pre tes diperoleh skor rata-rata untuk kelas II TIL1  yaitu sebesar 64,74 dan untuk kelas II TIL2 sebesar 67,92 dan untuk kelas II TIL3  skor rata-ratanya 68,18, dari hasil tersebut maka peneliti mengambil kelas II TIL2 dan kelas II TIL3 sebagai sampel dalam penelitian.

Dan dalam penentuan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak.
Tabel 2
Distribusi sampel yang akan diteliti

No
Kelas
Jumlah pesera didik yang
dijadikan sampel
Kelompok
1
II TIL2
44
Kelas eksperimen
2
II TIL3
44
Kelas kontrol
JUMLAH
88
          --







A.    Desain Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tugas terhadap hasil belajar pada kompetensi Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar (PRPD), untuk mencapai tujuan tersebut  maka rancangan penelitian yang akan digunakan seperti terlihat dalam table berikut:  
Tabel 3
Rancangan penelitian

Kelas
Tes Awal
Perlakuan
Tes Akhir
Eksperimen
T1
X
T2
Kontrol
T1
Y
T2
 
Keterangan:
T1       : Tes awal (pre tes)
T2      : Tes Akhir (post tes)
X      : Perlakuan dalam pembelajaran dengan pemberian tugas
Y      : Perlakuan dalam pembelajaran tanpa pemberian tugas
Berdasarkan rancangan penelitian diatas maka penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Melakukan pre tes (tes awal) terhadap kedua kelompok peserta didik.
1.      Memberikan perlakuan dalam pembelajaran dengan pemberian tugas terhadap kelas eksperimen.
2.      Memberikan perlakuan pembelajaran tanpa pemberian tugas terhadap kelas kontrol.
3.      Melakakukan post test terhadap kedua kelompok peserta didik setelah selesai diberi perlakuan.
A.    Variabel dan Data
  1. Variabel
Sesuai dengan judul penelitian serta pendapat Irawan (1999: 41) bahwa “ Variabel adalah segala sesuatu yang diteliti oleh seorang peneliti, sesuatu itu mungkin manusia, benda, sistem dan lain – lain ”. Maka variabel dalam penelitian ini yaitu:
a.       Variabel bebas (X) adalah pengaruh pemberian tugas pada pelajaran Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar.
b.      Variabel terikat (Y) adalah hasil belajar pada pelajaran Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar.
  1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang secara langsung didapat dari hasil tes yang diberikan  kepada peserta didik kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol), dan data sekunder yang berupa data dan catatan – catatan yang diperoleh dari peserta didik dan tata usaha SMK Negeri 2 Sawahlunto yang berhubungan dengan penelitian.

B.     Definisi Operasional Variabel Penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, dimana untuk variabel bebasnya yaitu pemberian tugas pada pelajaran Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar sedangkan untuk variabel terikatnya yaitu hasil belajar siswa pada pelajaran Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar. Untuk mencegah penafsiran yang berbeda maka secara operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Pemberian tugas
Pemberian tugas merupakan salah satu metode mengajar yaitu dengan memberikan latihan – latihan dan permasalahan yang akan dikerjakan dan diselesaikan oleh peserta didik diluar kelas, dengan tujuan agar peserta didik lebih banyak mengulang – ulang dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajarinya, sehingga peserta didik akan dapat lebih lama mengingat dan cepat memahami pelajaran tersebut.
  1. Hasil belajar
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dimiliki oleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran pembuatan rangkaian pengendali dasar yang dinyatakan dalam bentuk angka dan diperoleh dari hasil tes akhir (post tes).
C.    Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 
  1. Instrumen 
a.      Pembuatan instrumen
Menurut Irawan (1999: 73) “Instrument adalah alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data”. Jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes dalam bentuk soal.
Soal tes disusun berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran berdasarkan kurikulum. Berikut ini kisi – kisi dalam penyusunan soal:
Tabel  4
Kisi-kisi penyusunan soal tes





Minggu pembelajaran
Nomor item
Jumlah
1
1,2,3,4,5
5
2
6,7,8,9,10,
5
3
11,12,13,14,15
5
4
16,17,18,19,20, 21
6
5
22,23,24,25,26, 27
6
6
26,27,28,29,30
5
    Jumlah soal tes
32







Dalam soal tes ini pengukuran yang digunakan yaitu apabila soal dapat dijawab dengan benar maka skornya 1 dan bila soal dijawab salah maka skornya 0.
Dalam penyusunan soal selanjutnya juga perlu dikonsultasikan dengan guru mata diklat dan agar tes yang digunakan berkualitas maka sebelum soal tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba soal.
a.      Uji coba instrumen
Uji coba instrumen (soal tes) mencakup perhitungan validitas tes, realibitas tes, daya beda dan indeks kesukaran soal. Uji coba instrumen dilakukan pada peserta didik kelas   II TIL1 Jurusan Teknik Listrik SMK Negeri 2 Sawahlunto, hal ini dilakukan karena kelas tersebut telah pernah mempelajari Pembuatan Rangkaian Pengendali Dasar, dengan jumlah responden yang diambil yaitu 30 orang dengan jumlah soal yang diuji sebanyak 32 soal.
1)      Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur ketepatan alat ukur terhadap apa yang diukur. Hal itu sesuai dengan pendapat Arikunto (1995: 63) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Maka jika instrument dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar